Seluk Beluk Diksi dan Seni Bahasa
Bismillahirrahmanirrahim
Sebelum membahas materi sesuai dengan judul di
atas, narasumber memberi salam dan menyapa peserta dengan sapaan yang begitu
hangat sehingga memberi kekuatan dan
energi baru untuk dapat menuntaskan sisa-sisa kegiatan hingga ke gerbang
kemenangan. Narasumber terlebih dahulu membahas tentang sahabat. Baginya
Sahabat adalah kata sederhana yang acap kali merapal makna dalam jiwa.Para
sahabat kerap kita terbangkan kepingan kisah yang tersusun rapi. Sahabat adalah
ia yang paling mengerti hati kita dalam lara nan pekat, mesti kerap kita
tancapkan luka, sang sahabat akan membalas dengan seribu pelukan. Sebuah materi
yang berjudul diksi dan seni bahasa akan segera dibahas dalam alinea-alinea
selanjutnya sehingga menjadi cemilan jiwa selama 2 jam disamping cemilan lain
yang tersedia disisi peserta.
Diksi
– akar katanya dari bahasa Latin: dictionem. Kemudian diserap ke dalam bahasa
Inggris menjadi diction Kata kerja ini berarti: pilihan kata. Maksudnya,
pilihan kata untuk menuliskan sesuatu secara ekspresif. Sehingga tulisan
tersebut memiliki ruh dan karakter kuat, mampu menggetarkan atau mempermainkan
pembacanya.
Dalam
sejarah bahasa, Aristoteles – filsuf dan ilmuwan Yunani inilah yang
memperkenalkan diksi sebagai sarana menulis indah dan berbobot. Gagasannya itu
ia sebut diksi puitis yang ia tulis dalam Poetics– salah satu karyanya.
Seseorang akan mampu menulis indah, khususnya puisi, harus memiliki kekayaan
yang melimpah: diksi puitis. Gagasan Aristoteles dikembangkan fungsinya, bahwa
diksi tidak hanya diperlukan bagi penyair menulis puisi, tapi juga bagi para sastrawan
yang menulis prosa dengan berbagai genre-nya.
Selain
itu, William Shakespeare dikenal sebagai sastrawan yang sangat piawai dalam
menyajikan diksi melalui naskah drama. Ia menjadi mahaguru bagi siapa saja yang
berminat menuliskan romantisme dipadu tragedi. Diksi Shakespeare relevan untuk menulis
karya yang bersifat realita maupun metafora. Gaya penyajiannya sangat
komunikatif, tak lekang digilang zaman.
Diksi begitu penting dalam kajian sebuah
bahasa sebab banyak keindahan atas
sebuah kata yang tak tereja oleh bibir. Diksi bak pijar bintang di angkasa yang
menunjukan dirinya dengan kilauan, mempesona dan tak membosankan.
Terkadang
banyak penulis yang merasa takut dalam memulai sebuah tulisan, terkadang lidah
kita merasa kelu untuk menulis sesuatu yang menakjubkan. Ada keraguan yang
dibungkam sebelum diterjemahkan dalam bahasa. Menulis itu sederhana, Se sederhana mengadukan gula dalam gelas kopi.
Untuk
menulis, libatkan 5 macam panca indera kita. 5 jurus jitu dalam mengembangkan
diksi yang menarik yaitu
ü Sense of Touch
ü Sense of Smell
ü Sense of Taste
ü Sense of Jurnslism
ü Sense of Hearing
1. Sense of Touch adalah menulis dengan melibatkan
indera peraba. indra peraba dapat digunakan untuk memperinci dengan apik
tekstur permukaan benda, atau apapun. Penggunaan indra peraba ini sangat cocok
untuk menggambarkan detail suatu permukaan, gesekan, tentang apa yg kita
rasakan pada kulit. Aplikasi indra peraba ini juga sangat tepat digunakan untuk
menggambarkan sesuatu yang tidak terlihat, seperti angin misalnya. Atau, cocok
juga diterapkan untuk sesuatu yang kita rasakan dengan menyentuhnya, atau tidak
dengan menyentuhnya.
Contoh: Pada pori-pori
angin yang dingin, aku pernah mengeja rindu yang datang tanpa permisi
2. Sense of Smell adalah menulis dengan melibatkan
indra penciuman hal ini akan membuat tulisan kita lebih beraroma. Tehnik ini
akan lebih dahsyat jika dipadukan dengan indra penglihatan.
Contoh:Di kepalaku wajahmu masih menjadi prasasti,
dan aroma badanmu selalu ku gantungkan dilangit harapan
3. Sense of Taste adalah menulis dengan melibatkan
indra perasa. Merasakan setiap energi yang ada di sekitar kita. Penggunaan
indra perasa sangat ampuh untuk menggambarkan rasa suatu makanan, atau sesuatu
yg tercecap di lidah.
Contoh:Ku kecup rasa pekat secangkir kopi di
tangan kananku, sembari ku genggam Hp tangan
kiriku. Telah terkubur dengan bijaksana, dirimu beserta centang biru,
diriku bersama centang satu.
4. Sense of Sight adalah menulis dengan melibatkan
indra penglihatan memiliki Prinsip “show, don’t tell". Selalu ingat, dalam
menulis, cobalah menunjukkan kepada pembaca (dan tidak sekadar menceritakan semata).
Buatlah pembaca seolah-olah bisa “melihat” apa yang tengah kita ceritakan. Buat
mereka seolah bisa menonton dan membayangkannya. Prinsip utama dan manjur dalam hal ini adalah
DETAIL. Tulislah apa warnanya, bagaimana bentuknya, ukurannya, umurnya, kondisinya.
Contoh: Derit daun pintu mencekik udara ditengah keheningan, membuatku tersadar jika kamu hanya sebagai lamunan
5. Sense of hearing adalah menulis dengan melibatkan energi yang kita dengar. Begitu banyak suara di sekitar kita. Belajarlah untuk menangkapnya. Bagaimana? Dengarlah, lalu tuliskan. Mungkin, inilah sebab mengapa banyak penulis sukses yang kadang menanti hening untuk menulis. Bisa jadi mereka ingin menyimak suara-suara. Sebuah tulisan yang ditulis dengan indra pendengaran akan terasa lebih berbunyi, lebih bersuara. Selain itu, penulis juga bisa berkreasi dengan membuat hal-hal yang biasanya tak terdengar menjadi terdengar.
Contoh: Derum kejahatan
yang mendekat terasa begitu kencang. Udara hening, tetapi terasa berat oleh
jerit keputusasaan yang dikumandangkan bebatuan, sebuah keputusan yang
menghakimiku untuk tak lagi merinduimu
Acap kali dalam menulis
kita hanya melibatkan otak kita sebagai muara untuk berpikir tanpa kita dengar,
tanpa kita rasa, tanpa kita raba, jika terkadang sesuatu di pelupuk mata bisa
menjadi rongga untuk mencumbu tulisan kita.
Pertanyaan dari
Bapak Saepul Hikmah asal Rengasdengklok
Karawang
1. Diksi dan
Puisi tidak bisa dipisahkan, bagaikan sambel dan pedasnya.
2.
Pertanyaan nya apakah
Diksi dan Puisi ada pada tatanan akal pikiran?
Bukankah struktur manusia terdiri dari jasad, akal fikiran, fuad, luf
dan ruh? Bagaimana cara agar bisa dengan mudah merenda kata sehingga siapapun
yang membacanya menggetar dan terpincut hatinya menjadi gundah gulana
trimakasih
Jawaban : Terimakasih Pak
Saeful, izin saya sedikit jelaskan untuk pertanyaan yang begitu super. Diksi
tak melulu untuk puisi ya Bapak ibu.Bagaimana Diksi itu bisa masuk dalam
pelataran logika, karena logika adalah akal yang digerakan sebuah ruh. Tulisan
adalah hasil karya dari sebuah jasad yang diperintah oleh otak, kemudian ia
menapaki kalbu sebagai jejak untuk bersuara.
Suara itu tak melulu tentang ucapan, pula sebuah tulisan dengan segala
keindahannya. Diksi adalah bagian dari Seni Bahasa, karena seni Bahasa itu
meliputi menulis, dan berbicara.
Bagaimana mengolah panca indera agar
tergali? Panca indera itu melekat dalam jasad kita, kita tak perlu perintahkan ia untuk memandu hati kita
membuat sebuah tulisan yang indah. Tugas kita adalah menerima sinyal dari
kelima panca indera tersebut yang kemudian kita bisa jabarkan dalam sebuah
tulisan. Ketika kelima indera itu kita libatkan, maka tak ada tulisan yang
biasa. Pepatah mengatakan menulislah dengan hati. Karena hati mampu menerka
indera kita dengan baik.
Pertanyaan
Bu Eka Yulia dari Kab. Seruyan. Kalteng. Apakah diksi selalu harus yang
mengandung arti kiasan?
Jawaban:
Diksi tak melulu sebuah kiasan, karena ia adalah sebuah padanan kata. Dalam
google kentara di sebut dengan sinonim bagaimana tulisan kita tergali dengan
baik? Sesekali jangan menulis kata yang kerap orang jumpai. Carilah padanan
atau sinonim dari kata yang kita tunjuk.
Pertanyaan dari
Evridus Mangung peserta KBMN 28 dari NTT.
1. Apakah
pemilihan diksi harus disesuaikan dengan pembaca/pendengar?
2. Bagaimana
teknik memilih diksi pada kata yang memiliki kemiripan arti?
Jawaban:
1. Ketika kita
menulis, maka kita adalah seorang subjek yang memberi informasi. Apa yang akan
kita tulis itu yang akan dinikmati pembaca. Menulislah untuk didengarkan
pembaca, bukan menulis sesuai keinginan pembaca.
2. Tehnik
memilih Diksi pada kata yang memiliki kemiripan arti? Saya kurang faham dengan
pertanyaannya🙏
Diksi adalah
padanan kata, ketika kita biasa menulis dengan bahasa sederhana, contoh
'mengucap' sesekali kita ganti dengan 'merapal'. Lebih aneh, lebih terkesan dan
lebih membuat penasaran pembaca bukan?
Artikelnya rapi
BalasHapusmantaps
BalasHapus